Pesta Peresmian Gedung Gereja Stasi Santo Yoseph Jigikebo Mengikat Kembali Persatuan Hidup Menggereja

Dogiyai,Dogiyaipos.com – Stasi Santo Yoseph Jigikebo adalah salah satu Stasi yang masuk ke Paroki Kristus penebus Timeepa Keuskupan Timika. Stasi ini berada di belakang gunung Koboge dari arah Timeepa. Medannya sangat menantang, dia berada di atas Tebing dan medan menuju ke sana pun bertebing-tebing yang sulit di lalui.

Medan seperti itu membuat, sehingga petugas Gereja jarang sekali mengujungi dan melakukan pelayanan di sana. Sejak awal Pastor Paroki bertugas di Timeepa, pernah diberitahukan bahwa ada Stasi Jigikebo, yang terletak di balik gunung yang jauh sana, tetapi sulit ke sana karena beratnya medan. Menurut sejarawan Misi Katolik tanah Papua, Bapak Emanuel Petege, “kujungan adik Pastor kali ini adalah kujungan Pastor yang ke empat di Stasi Santo Yoseph Jigikebo dan akan tercatat dalam sejarah Gereja Katolik”.

Foto pada saat perjalanan dari Paroki Kristus Penebus Timeepa ke Stase Jigikebo Rombongan Pastor Paroki dan umatnya.

Informasi tentang Peresmian Gedung Gereja Stasi Santo Yoseph Jigikebo disampaikan pada Minggu ke dua bulan Juni kepada Pastor Paroki Timeepa bahwa akan dilaksanakan pada 28 Juni 2025.

Informasi tersebut ditindaklanjuti Pastor Paroki dengan umumkannya kepada umat di seluruh Stasi yang ada dan mengumpulkan derma dalam bentuk uang dan babi. Derma yang terkumpul ini dihantar oleh perwakilan umat dari enam Stasi sebanyak 36 orang bersama Pastor.

Foto bangun tenda di tempat yg bernama Kohoka, tidak jauh dari gunung koboge.

Perjalanan menuju ke Stasi Jigikebo dilakukan selama empat hari full. Hari pertama dimulai dari pusat Paroki Timeepa sejak hari Senin, 23 Juni 2025, menuju ke arah Degeadai kampung Makao dan bermalam di sana.

Perjalanan hari kedua, dari kampung Makao menanjak naik ke arah gunung tertinggi yang bernama Koboge atau Weyland, yang memiliki ketinggian 3.891 Kilo Meter di atas permukaan laut dan bermalam tidak jauh dari gunung tertinggi tersebut. Dinginnya luar biasa menusuk jantung.

Pemandangan asap naik dari tenda yg dibangun.

Demikian juga perjalanan hari ketiga. Perjalanan menanjak turun seperti jatuh dari langit dilakukan. Perjalanan ini menghabiskan waktu satu hari full juga, hingga tiba di kampung Hainowa jam 05.05 dan bermalam di kampung ini.

Paginya siap jalan lagi.

Keesokan harinya perjalanan hari keempat dilanjutkan lagi menuju ke kampung Jigikebo dengan lalui jalan turunan yang menyerupai jurang-jurang, hingga mentok di kali Dipa yang tidak dapat diseberangi tanpa jembatan. Pemuda-pemuda membuat jembatan darurat dan akhirnya bisa lalui dengan selamat. Perjalanan dilanjutkan pula dengan menanjak naik, tanjakan luar biasa yang benar-benar menyerupai tebing pula. Akhirnya tiba juga di kampung Kagikebo, yang terletak di puncak tebing. Semua peserta istirahat sejenak dan mulai melakukan perjalanan turun selama dua jam. Lalu naik lagi ke kampung Jigikebo. Tiba di kampung yang menjadi tujuan ini pada hari kamis jam 04.25 sore.

Foto pada saat perjalanan dari Paroki Kristus Penebus Timeepa ke Stase Jigikebo Rombongan Pastor Paroki dan umatnya.

Setibanya di Stasi St. Yoseph Jigikebo, semua yang ke sana disambut dengan tarian adat oleh Pewarta Stasi, Bapak Yakobus Wakei dan umatnya. Dalam perjumpaan ini, Pastor mengawali penyerahan derma dengan doa dan ucapan “Damai sejahtera Kristus bagi Pewarta dan Umatnya”. Pastor juga sampaikan terimakasih atas kesediaan mereka menjaga “Tungku Api Gereja Katolik” di kampung itu. Juga ucapkan “permohonan maaf” atas nama Gereja atas kelalaian mengujungi mereka.

Di kampung Hainoa
Persis sudah tiba di kali Dipa.  

Panitia dan Pewarta Stasi menyampaikan sambutan hangat dan ucapan terimakasih. Lalu umat yang telah tiba di sana menyerahkan derma yang dibawahnya termasuk babi besar satu ekor.

Dalam suasana perjumpaan yang menggembirakan ini, para Pewarta yang hadir dan Pastor beserta umat mulai siapkan dan melaksanakan Misa peresmian gedung Gereja itu pada hari Sabtu 28 Juni 2025.

Tibà di kampung Kagikebo dan kampung Jigikebo yang dituju sudah kelihatan di belakang.

Dalam perayaan ini diangkatlah tema, “Mari, kita tinggal di dalam rumah Bapa (Bdk. Luk. 2:29b)”. Tema ini terinspirasi dari Bacaan Kitab Suci harian pada hari itu. Di mana Yesus yang berumur 12 tahun tinggal di dalam Bait Allah dan berkata kepada orang tuannya yang mencari Dia “Tidak Tahukah Kamu Bahwa Aku Harus Tinggal Di Dalam Rumah Bapa-Ku?”. Yesus menunjukkan bahwa Bait Allah atau Gereja adalah Rumah Allah. Karena itu, Ia tinggal di dalamnya. Tindakan Yesus ini teladan baik bagi kita untuk tinggal di dalam rumah Bapa juga sambil merenungkan Sabda Allah dan Berdoa.

Wilayah Dipa, bagi sebagian marga suku Mee yang menyebar ke berbagai tempat adalah juga rumah. Maka, lewat tema itu diajak juga untuk kembali arahkan pandangannya ke wilayah itu lagi dan tidak putus hubungan sama sekali. Karena itu bisa jadi bahaya bagi hidup secara adat.

Sudah di Jigikebo.

Sub tema yang diangkat adalah “Pesta Peresmian dan Pemberkatan gedung Gereja St. Yoseph Jigikebo Menjadi Momen Penting Bagi Kita Untuk Bersatu, Berjalan Bersama dan Membangun Hidup”. Melalui tema ini semua pihak, baik pihak umat dan Pewarta setempat, pihak pimpinan Gereja dan pihak Pemerintah diajak untuk bersatu, berjalan bersama dan membangun hidup. Bukan lagi jalan sendiri-sendiri dan akhirnya tujuan baik yang mau dicapai tersendat-sendat, bahkan tidak tercapai.

Misa peresmian dan Pemberkatan gedung Gereja dipimpin oleh Pastor Paroki Kristus Penebus Timeepa, Pastor Yeskiel Tawakidua Dole Belau Pr, dan Pastor Nikolaus Wakei Pr, Pastor Paroki Epouto.

Perayaan dimulai dengan bakar batu 13 ekor babi. Masakan bakar batu sudah tutup, baru mulai perayaan dengan urutan demikian: pertama, peresmian dengan potong pita oleh perwakilan Pemerintah Kabupaten Nabire, Bapak Bupati Mesak Magai S.Sos.M.Si, yang memberikan bantuan dana sepenuhnya untuk membangun gedung Gereja tersebut. Ibu Anastasya Wakei meresmikan dengan memotong pita atas nama Bupati Kabupaten Nabire. Kedua, doa pemberkatan gedung Gereja beserta seluruh halamannya. Ketiga, Misa Syukur. Dalam Misa ini, diberikan juga pelayanan Sakramen Baptis dan Ekaristi kepada katakumen yang sudah siap.

Usai Misa syukur, disampaikan sambutan-sambutan dari berbagai pihak. Dari pihak Pastor Paroki disampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Bupati Kabupaten Nabire, Bapak Mesak Magai S.Sos.M.Si, yang telah memberikan bantuan dana pembangunan gedung Gereja maupun dana untuk peresmiannya. Terimakasih berikut diucapkan untuk Bapa-Ibu umat Paroki Kristus Penebus Timeepa, yang berkarya diberbagai tempat (intelektual Upiwaga), yang juga telah memberi sumbangan dana dan belanjakan sarana rohani seperti: Tabernakel, Patung Bunda Maria, patung Santo Yosep dan sarana rohani lainnya dihantar dengan Helicopter untuk umat Stasi St. Yosep Jigikebo.

Selain ucapan terimakasih, Pastor juga sampaikan ajakan untuk tinggal di dalam rumah Bapa dan menjadikan pesta persmian gedung Gereja menjadi momen penting untuk bersatu, berjalan bersama dan membangun hidup bersama pula.

Misa Presmian Gereja St. Yoseph Jigikebo, Paroki KPT

Pewarta Stasi St. Yoseph Jigikebo juga sampaikan sambutan bahwa “Jumlah umat di sini sudah turun sampai 27 jiwa dan 6 KK saja dari puluhan KK. Mereka yang lain sudah pindah semua ke kota. Kami yang sedikit ini masih bertahan dan luar biasa bahwa Bapak Bupati Kabupaten Nabire telah menolong kami, yang sangat sulit ini. Karena itu, saya menobatkan Bapak Bupati Kabupaten Nabire Mesak Magai S.Sos.M.Si, sebagai Malaikat Penolong”. Ucapan terimakasi selanjutnya disampaikan kepada semua intelektual Upiwaga yang telah menolong dia dan umatnya dalam banyak hal. Dia menyampaikan terimakasih berlimpah kepada semua melalui Ibu Anas Wakei yang hadir mewakili para intelektual Upiwaga. “Semua adalah malaikat penolongku, terimakasih”, katanya.

Ibu Anas Wakei yang hadir mewakili Bapak Bupati Nabire dan para intelektual Upiwaga pun sampaikan sambutan. “Bapak Bupati sampaikan selamat melaksanakan pesta peresmian dan pemberkatan degung Gereja. Beliau belum bisa hadir saat ini, karena ada acara di tempat lain. Syukur bahwa gedung Gereja yang sudah terbangun, sudah diresmikan dan dimohonkan berkat Allah atasnya. Mulai sekarang, Pewarta dan umat bisa gunakan untuk melakukan peribadatan-peribadatan, bedoa, memuji dan memuliakan Tuhan serta lebih beriman”.

“Kaum intelektual Upiwaga juga sangat peduli dengan umat dan Pewarta di Stasi ini, maka sudah menyumbangkan uang dan itu sebagian sudah digunakan untuk carter Hally Copter dan belanjakan sarana Rohani. Karena itu, umat perlu lebih semangat dan tetap kuat menghidupi Gereja di sini”.

Setelah sambutan-sambutan disampaikan, makan bersama dilakukan di halaman gedung Gereja, yang baru saja dimohonkan berkat Allah itu sebagai ungkapan persaudaraan dan awal yang baik untuk tinggal di dalam rumah Bapa, mulai bersatu, berjalan bersama dan membangun hidup sebagai anak-anak Allah.

Keesokannya, usai Misa Minggu 29 Juni 2025 “Hari Raya St. Petrus dan Paulus Rasul”. Pastor Paroki dan umat membentuk Dewan Stasi (Ketua Badan Pengurus Gereja Setempat/BPGS, Sekertaris, Bendahara dan Komisi-Komisi yang diperlukan). Juga memilih seorang pemuda setempat untuk menjadi calon pewarta dan pewarta ke depannya di Stasi St. Yoseph Jigikebo.

Demikian urusan-urusan yang diperlukan beres, maka Pastor Paroki dan umat yang telah jalan dari Timeepa berunding siapa lewat mana? Dari kemauan masing-masing, 6 orang memilih untuk lewat Nabire dan selebihnya kembali ke Timeepa lewat gunung tertinggi Koboge.

Perjalanan ke Nabire bisa ditempuh dengan tidur satu malam di kampung Epoa, jika jalan lebih cepat. Lalu jalan terus hingga bisa tembus di KM 86 dan dari sana bisa naik mobil menuju Nabire seperti yang kami lakukan kemarin.

Sementara perjalanan pulang lewat gunung koboge bisa habiskan tiga hari, bisa juga empat hari.

Dalam perjalanan pergi ke Jigikebo dan kembali, Pastor bersama umat terus berdoa. Sejak hari pertama, dilakukan doa Rosario hingga di hari terakhir. Karena itu, kami mengalami penyertaan Tuhan yang sangat luar biasa dan nyata dalam lalui berbagai tantangan. Dalam perjalanan, banyak hal yang tidak mungkin bagi kami, tetapi menjadi mungkin dan bisa. Dan, kami percaya bahwa ini karena kekuatan Tuhan.

Pengalaman jalan kaki selama empat hari non stop serta dua hari di medan berat dan aman-aman saja itu membuat saya semakin percaya bahwa itu karena kekuatan “Doa”. Tuhan sangat bisa menolong orang yang berdoa. Berdoalah selalu, agar Tuhan Menolongmu dalam segala situasi hidupmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *