Membangun Dunia Berpikir dengan Cara Fokus

Gagasan filsafat

A. Bagaimana Membagun Dunia Berpikir?
Dalam dunia yang nyata ini tidak ada yang tidak mungkin. mengapa karena sesunggu dunia sudah terpenuhi dengan rasionalis di dunia estestika dan dunia epistemologi oleh karena itu pada kesempatan ini, saya akan memberikan saudara dan saudari untuk membuka sedikit trik berpikir. maka itu pastilah semua orang bisa berpikir baik dan buruknya di setiap dimensi nalar bahkan dunia AQ, namun untuk eratkan watak yang ilir dengan fundamentalis kemanusian sejujurnya tidak terkehendaki oleh sebab daripada pengaru lingkugan (ekologys) maupun dunia analitis secara konseptualis ialah umum (universal).

Dengan kehadiran judul yang membuat banyak orang bertanya-tanya ini saya akan mengulas sedikit bagian daripada berpikir. secara garis besar lahirnya berpikir dengan adanya asumsi inisiatif sehingga berdasarkan keinginan terahirnya tentang teori ilmu dan pengetahuan oelh sebab itu banyak defisini-definisi daripada metodis berpikir (logic) nah, hal berpikir terutama dilandasi (fundamental) dengan adanya sum-sum penelaah dari para ilmuan maka, dari aspek penelaah terlahirnya ilmu dan pengetahuan di dunia nyata ini.

Verifikatif sangat membantu untuk cara agar penelaah dapat mendefisikan sebagai salah satu tujuan untuk cara berpikir dengan saksama atau istilah lainnya adalah berpikir kritis oleh sebab itu untuk menguji kebenaran tentang ilmu dan pengetahun itu sendiri via filsof atau islah lainnya adalah metode berpikir yang siknifikan dengan tatanan yang faktul. 

Demikian ilmu dan pengetahuan di mulai dengan cara inisitif yang besar makro sebagai pendapatkan opsi ilmu arti lainnya adalah Sains maka lahiriah sesuatu alur atau jalan sebagai ciri mendapatkan dan memastikan hal kecil dan besar ialah exkperimen berpikir agar tidak mendapatkan penjelasan secara berbelit-belit, guna mendapatkan memunulkan ide-ide baru seabagai konsep asas kebenaran pengetahuan dan sainstik secara fakta (de fakto).

Kontek penegasan yang detail bahkan secara benar maka ada seorang yang banyak mengemukaan cara berpikir dengan sebauh tatanan ovserfativ bahkan memunculkan ide-idealis berdasarkan hasil penelaah itu sendiri. Albert Einstein telah merangkumkan beberapa dimensi untuk cara berpikir tik dahsyat mempertajamkan daya saing ingat tulisan Nurla Isna Aunillah.


• Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Lahirnya ilmu pengtahuan berasal dari ingin tahu yang berasal dari para ilmuwan. tanpa ada rasa ingin tahu, tidak mungkin ada penelitian yang menyebabkan lahirnya berbagai disiplin ilmu. semua berasal dari tubuh dan rasa ingin tahu yang besar.
Permainan Penggabungan
Tahun 1945, Jacques Hadamard, seorang ahli matematika, mendatangi Estein. ia bertanya kepada Estein perihal apakha sesunggunya pemikiran kereatif itu?
Einstein menjawab seketika, “Combinatory play. sehingga menurut Enstein, pemikian kreati itu tidak lebih dari sebuah permainan penggabungan. dengan kata lain, kita membuat hubungan dengan antara lain memadukannya sehingga melahirkan sesuatu yang baru. itulah pemikiran kreatif.


• Eksperimen berpikir
“if you can`t it simply, you dont1`t understaid it well enough” kata Einstein untuk menggambarkan memahami sesuatu dengan baik, maka di perlukan seuah penjelasan yang tidak berbelit-belit. Einstein termasuk salah seorang ilmuwan yang gemar melakukan eksperimen berpikir untuk memunculkan berbagai ide yang brilin. konon, sebelum menemukan teori bersamaan masa energi yang di rumuskan E=mc2, ia sering breksperimen lewat pikirannya dengan membayangkan dirinya sedang mengendarai cahaya. memang terdengar aneh, tetapi justru dari sanalah ide-ide brillilnnya di akui dunia.
Dengan kontek loding kerja AQ via sesutu ecology,s kita bisa menigkatakan kualitas berpikir, karena dengan adanya kerelasian bersama satu tumbuhan yang menurut manusia tidak punya alat tendeksi berpikir, tetapi dari sanalah ide-ide baru tentang hal baik dab buruk akan kita konsepkan sehingga` berpikir akan bembawah kita pada berfilsafat yang detail untuk mempelihkan dunia epitimolig bahkan dunia logos.

Idealisme
Ideal dapat diistilahkan sebagai sebuah rana bibit pikiran baru dalam diri jiwa manusia dan ideal berasal dari kata “idea) sesuatu yang hadir dalam jiwa maka secara sederhana idealisme menyatakan sebagai realitas terdiri atas idea-idea pikiran-pikiran, akal (Mind) atau jiwa (selver) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme lebih menekankan lebih dahulu daripada aksi teori jika materialisme menyatakan bawha materi rill dan akal (mind) adalah fenomena yang menyertainya, maka idealisme menyatakan bahwa idealisme akal itulah yang rill materi adalah produk sampingan. dengan begitu maka idealisme mengandung pengingkaran bahwa dunia pada dasarnya adalah sebuah mesin besar dan harus di tafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kejutan saja.

Idealisme adalah suatu pandangan dunia metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungan dengan ide, pikiran atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa yang tampak pada permukaannya. Dunia ditafsirkan oleh penyelidian tentang pikiran-piran hukum kesadaran, dan tidak hanya metode untuk ilmu objektif semata-mata. Tanpa dunia ide teori sebagai betuk daripada bahan sarana epistemolig tidak mejadi stetik dari kaca manusia baik seketika di selidiki melalui observasi maupun wawacara parktisme. maka dunia ide lahir sebagai esensi dari aspek funsionalisme teori supaya manusia sebagai subjektif tidak mengarah kapra pada asas yang tidak mengalurkan sehingga logis yang hadir di dunia realitas relasi bersama objektif dan subjektif pada dunia yang nyata ini.


Konsentrasi
Konsentrasi adalah salah satu jalan untuk mengatur pradigma pada memory manusia sebagai menaggapi sesuatu materi atau ide yang hadir di setiap pengarahan dari orang lain maupun secara individualisme. dengan konsentrasi kita akan menuju pada jalan yang benar sehingga dari definisi konstrasi terlahir dua sifat besar agar konstrasi tetap menjadi inti rahim untuk memahami sesuatu hal atau bentuk yang dampak bahkan ayan-ayan.

Konsentrasi akan di kendalikan oleh logos atau pikiran karema dimensi pokok sebagai kapil adalah dunia logos sebagai nilai pengendalian atas bentuknya dampak dan ayan-ayan oleh karena itu manusia memiliki dua sifat yaitu yang pertama. memiliki keinginan yang baik agar tetap hadir di dunia nyata dengan alur konstrasi. sementara yang kedua. ingin menahan diri dari sifat ini akan membantu kita jika dapat di lahirkan mehan diri secara efektif dan saksama penyabarannya. kemudian; kedua opsi ini dapat memegan sebagai pengadalian baik itu keinginan yang kuat bahkan menahan diri secara konseptul ide saya bahwa setiap manusia jika memiliki nilai tertinggi untuk kemauan maka apa yang dia impian rencanakan akan terwujut sesui keinginan dan harapan manusia.

Melalui konstrasi akan membahwa kita pada dunia berpikir yang baik dengan tujuan untuk mampu mengendalikan sisi negatisme dan positisme pada kelangsungan kehidupan manusia. oleh sebab itu konsentrasi lahir sebagai tujuan di pentingakan oleh mind atau pikiran bahkan rill sebagai teorisme agar tidak menjadi bertolak belakang di antara kedua aposisme, dari definisi konsentrasi akan melamar satu esensi dalam teori etika dan moral yaitu kebiasaan, kebiasaan adalah masalah mempelajari. maka anda mendengar pembicaraan orang ataupun anda berbicara di sisi itulah akan objektif menilai tentang diri anda sebgai sifat kebiasaan orang tuanya.

Adapun penulis mengambil kesimpulan sebagai akhir dari penutupan cacatan bahwa:
kesimpulan
Belajar berpikir akan membawahkan manusia pada kepengujian dan kepilaan untuk mengatahui hal-hal yang halir secara ilmiah epilog bahkan praktisme sehingga konsentrasi pun lahir sebagai bentuk sarana yang tidak telepas dalam dunia berpikir sesunggu via konstransilah yang akan menjadi seorang diri yang benar atas keindakannya.
Berpikir adalah jalan terbaik untuk menulusuri semua tatanan baik itu dibidang teoritisme, teknologis, bahkan metafisik, stestikanik maka berpikir dan konsentrasi datang untuk saling mengeratkan diatara Qi dengan teori dan teori dengan konsentrasi konsentrasi dengan pengendalian atas relativisme.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *