1 Mei 1963 Praktik Melihat Proses Irian Jaya (Papua) Bergabung ke Idonesia Dari Nol

Dogiyaipos.com, – 1 Mei 1963 merupakan suatu disiplin opini yang bersumber dari pimpinan institusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meminta serta menciptakan argumentasi supaya Irian jaya ( Papua) untuk bergabung dalam bigkai Pertiwi. Namun, dibalik monumen peristiwa 1 Mei 63 ternyata tidak sesuai dengan kerinduan besar bagi orang asli Papua sebab hal ini, ditandai akan karena fenomena pelanggaran ham yang tidak sampai mengambil dan juga menindak untuk berdialog di ruang PBB akan juga pada Tingkat nasional. Baca selanjutnya, Indonesia meminta Papua bergabung dalam bentuk bigkai Pertiwi karena sebab dan akibat. Jadi untuk mengetahui hal sebab dan akibat akan kita melihat berdasarkan dua unsur variabel yakni;

A. Apa yang menjadi latar belakang Papua bergabung di Indonesia?

Papua menjadi bagian dari Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969, di mana sebagian besar penduduk Papua memilih untuk bergabung dengan Indonesia. Sebelumnya, Irian Barat (sekarang Papua) adalah wilayah yang dikuasai Belanda, dan statusnya menjadi isu penting setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Elaborasi:
Sejarah Kolonial:

Irian Barat, yang kemudian dikenal sebagai Papua, sempat menjadi bagian dari kekuasaan kolonial Belanda.

Konferensi Meja Bundar (KMB):
Dalam KMB tahun 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, termasuk wilayah Irian Barat.
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera):

Untuk memastikan status Irian Barat, diadakan Pepera pada tahun 1969. Dalam proses ini, 1.024 orang dipilih untuk mewakili rakyat Papua, dan mereka menyatakan aklamasi untuk bergabung dengan Indonesia.

Perjanjian New York:

Sebelumnya, pada tahun 1962, Perjanjian New York menetapkan bahwa Belanda akan menyerahkan kekuasaan atas Papua kepada PBB, yang kemudian diserahkan ke Indonesia melalui Pepera.
Perubahan Nama:

Nama Irian Barat resmi diubah menjadi Irian Jaya pada tahun 1973, dan kemudian menjadi Papua.

B. Mengapa Indonesia meminta Papua bergabung dalam bingkai pertiwi serta! Ada apa dibalik perjanjian new york?

Perjanjian New York tahun 1962 adalah perjanjian yang mengatur pemindahan kekuasaan Papua Barat dari Belanda ke Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani di New York dan diprakarsai oleh Amerika Serikat karena khawatir jika Uni Soviet semakin ikut campur dalam masalah Papua Barat. Perjanjian ini berisi kesepakatan bahwa Belanda akan menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).

Berikut adalah alasan mengapa Perjanjian New York dibuat:
Usaha Indonesia merebut Papua Barat:

Indonesia telah lama berusaha merebut Papua Barat dari Belanda sejak kemerdekaan. Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) yang mengakui kedaulatan Indonesia, masalah Papua Barat seharusnya diselesaikan, namun tidak ada kemajuan.

Intervensi Amerika Serikat:
Amerika Serikat khawatir jika Uni Soviet akan semakin aktif dalam masalah Papua Barat, sehingga mendorong Belanda untuk berunding dengan Indonesia, kata kumparan.com.
Perantara:

Amerika Serikat berperan sebagai perantara dalam perundingan antara Belanda dan Indonesia, dengan E Bunker sebagai perantara.

Kesepakatan:
Perjanjian New York berisi kesepakatan bahwa Belanda akan menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia dengan tenggat waktu tertentu, yang disetujui oleh PBB dan Amerika Serikat.
Pepera:

Perjanjian ini juga mengatur pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua Barat pada tahun 1969, yang bertujuan untuk menentukan apakah rakyat Papua Barat ingin bergabung dengan Indonesia atau tetap merdeka, kata CNN Indonesia.

Sebagai respons, Presiden Soekarno menyerukan mobilisasi seluruh potensi bangsa, mulai dari kekuatan militer hingga rakyat biasa. Puncaknya, pada 1 Mei 1963, Irian Barat berhasil kembali ke pangkuan ibu pertiwi setelah melalui operasi militer yang dikenal dengan Operasi Trikora.

Berdasarkan informasi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), pada 1 Mei 1963, wilayah Irian Barat resmi kembali ke Indonesia melalui mediasi UNTEA (Otoritas Eksekutif Sementara PBB.

Sejarah singkat hari buruh

Hari Buruh lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi pada tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja pada era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan “pengganggu ketenangan masyarakat”.

Selengkapnya baca pada, Wikipedia hari buruh.

Sumber,
Https://p2k.stwcom.ac.id.
Wikipedia 1 Mei 1963

Penulis : Yohanes W. Petege, Alummi Uncen Jayapura.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *